oleh Heru Diana pada 20 Juni 2011 jam 19:25
(bunda, hanya umpatan ini bagi mereka yang kejam)
ringkih tak berasa
tulang tak beruas
kerja tak pernah terampuni, seharusnya di negeri itu bijak
sorban berbalut destar, atau sebaliknya
di negeri bertuan agung
tapi,...manyun monyong mirip bleki-bulbul-buldog
nyembul
nyembulin cabul
nyembulin nista
duduk di singgasana pongah, mengacak-acak harga diri (dalam balutan sorban, gak banyak tapi karaketer)
tak berkaca memang, karena retak oleh harga jual iblis yang tak berbaju
dicampakkannya nilai kemanusiaan, karena iblis itu
bukan karena simbol religi negri sang pengeran
...dari negeri Pak Ce' sampai negeri minyak
nyaris ...menjadi ular-ular bludak
mereka anggap kita apa?
jawab hati : kita sering meminta, diam, sabar yang tak bernyali (oh...naifnya)
tapi di sini
pak tua berkoar, mati langkah
pak dewan berkoar ke awan awan, hilang tertiup angin janji bohongnya
(lupa kampanyenya dulu...)
ujinyalinya berkobarkan perempuan tua pejuang
gugur pertahankan hargadiri dan kehormatan
tak adil ketika gedung bertriliun mengudara
tapi darah- darah itu selalu ada (untuk siapa?)
Bunda, bunda pejuang
Bunda dalam syahid yang hakiki, Insya Allah
bukan teroris itu
(KELAK KEMUDIN HARI, TENTARA ALLAH AKAN DATANG WAHAI SANG PANGERAN, SIAPAPUN ENGKAU
WALAU TENTARA DAJJALMU MENGHADANG, CAMKAN ITU!!!)
ringkih tak berasa
tulang tak beruas
kerja tak pernah terampuni, seharusnya di negeri itu bijak
sorban berbalut destar, atau sebaliknya
di negeri bertuan agung
tapi,...manyun monyong mirip bleki-bulbul-buldog
nyembul
nyembulin cabul
nyembulin nista
duduk di singgasana pongah, mengacak-acak harga diri (dalam balutan sorban, gak banyak tapi karaketer)
tak berkaca memang, karena retak oleh harga jual iblis yang tak berbaju
dicampakkannya nilai kemanusiaan, karena iblis itu
bukan karena simbol religi negri sang pengeran
...dari negeri Pak Ce' sampai negeri minyak
nyaris ...menjadi ular-ular bludak
mereka anggap kita apa?
jawab hati : kita sering meminta, diam, sabar yang tak bernyali (oh...naifnya)
tapi di sini
pak tua berkoar, mati langkah
pak dewan berkoar ke awan awan, hilang tertiup angin janji bohongnya
(lupa kampanyenya dulu...)
ujinyalinya berkobarkan perempuan tua pejuang
gugur pertahankan hargadiri dan kehormatan
tak adil ketika gedung bertriliun mengudara
tapi darah- darah itu selalu ada (untuk siapa?)
Bunda, bunda pejuang
Bunda dalam syahid yang hakiki, Insya Allah
bukan teroris itu
(KELAK KEMUDIN HARI, TENTARA ALLAH AKAN DATANG WAHAI SANG PANGERAN, SIAPAPUN ENGKAU
WALAU TENTARA DAJJALMU MENGHADANG, CAMKAN ITU!!!)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar