Heru Diana, 15 Juni 2011 jam 8:29
terlalu rendah untukku membungkuk
terlalu banyak tanya, yang seharusnya diam
tetapi di belukar ini selalu ingin berkelakar
menggelar demokrasi yang belum kelar
sebenarnya...terlalu basi untuk disantap
terlalu nikmat untuk dibuang
terlalu harum untuk sebuah hidung belang
tetapi tidak mungkin dia menetap
ketika hidup diantara sekarat, ...membuatnya terbuang
di limbah kotor, di antara kandang-kandang
loh.....
ya, itu kaidahnya takdir yang telah diplintir
dengan putaran setir motor sang pandir
katanya menunjukkan arah, walahdalah kok nyosor
masuk di tempatnya sendiri, di tanah merah yang masih baru
gak nyasar, tetapi membawa kamboja di pundaknya
kenangan dari takdirnya sendiri
sekarat dalam genggamannya sendiri
membuat tali pocong untuk kepalanya sendiri
membuat takut hatinya
membuat takut, siapa-siapa (tapi nggak takut juga, kok /kan bukan dia/ )
(yang hidup dan berdasi, berhenti menagis 'gak ada saingan katanya)
sebenarnya...terlalu lirih yang kudengar
terlalu rendah untukku membungkuk
TERLALU NISTA SANG PENDUSTA (jangan sembarang kampanye ya?)
l
Tidak ada komentar:
Posting Komentar