HERU SUBROTO, S.Pd. : Jika Harus Terpakasa Mondar Mandir-Sang Pujangga tetap tapaki Takdir, tuhan benar dengan janji-Nya

Jumat, 25 Maret 2011

1 + 3 = 4 (?)

Saya heran ketika tubuh ini ujug-ujug  ada di persimpangan jalan, tidak ada pertanyaan sama sekali dari orang-orang yang lewat di depanku. Mereka tidak mengeluarkan sepatah kata pun apalagi mau merobohkan tubuhnya untuk memberikan 'sesuatu', walaupun mungkin hanya sekedar sebuah tamparan di muka.

Dulu, ketika itu dan di masa itu keadaannya sama dengan yang sekarang. Tidak ada perobahan sedikitpun kecuali membuat persimpangan jalan yang membingungkan. Petatah-petitih selalu diobral hanya sekedar untuk tidak menyapa dalam lingkup makna yang sebenarnya. Kondisiku ini pula yang menjadi salah satu target mereka. Dan itu baru mungkin. Mimpi terkadang membuatku menjadi lain di dunia yang belum aku kenali sebelumnya. Atau mungkin pula saya menjadi lain ketika dunia yang aku kenali menjadi sesuatu yang saya 'tiraikan' untuk menghijab objek kebenaran.

Dan kepastian itu bukan ilmu pasti yang berobah (berubah?) sesuai dengan hitung-hitung nasib yang menghitung-hitung hari itu. "Semua gampang di atur...."

Nah, tak dinyana dan tak di sangka  dengan rasa sungkan sambil menduga-duga. Jadilah ilmu pasti sebuah kepastian setiap individu dan menjadi baru sebagai UU serta aturan tak tertulis yang mendarah daging.

Ilmu pasti menurut mereka? Sesuatu yang mampu menggiring ambisi, membuat karya cipta durjana sembari terbaring miring mengharap belas kasihan, sebelum tagak tegap membuat ilmu pasti yang baru. Woooooow....

Dan aku harus lunglai...tanpa disapa

Tidak ada komentar:

Entri Populer